Posted by : Unknown
Rabu, 27 November 2013
Menulis naskah drama
Bermain peran adalah kegiatan memerankan pribadi orang
lain berkenaan dengan watak/sikap/tingkah laku, sehingga seolah-olah
dapat menjadi orang lain. Untuk dapat diperankan oleh orang lain, perlu
dibentuk karakter seorang tokoh yang sesuai dengan imajinasi/bayangan.
Pembentukan bayangan/imajinasi tokoh tersebut perlu dijelaskan dalam sebuah
karangan yang berbentuk deskripsi.
Dalam mendeskripsikan tokoh perlu gambaran secara utuh tokoh
yang akan diperankan. Dengan demikian, orang lain yang hendak memerankan
tokoh yang telah diciptakan, akan memiliki imajinasi/gambaran yang jelas. Untuk
menggambarkan tokoh imajinasi diperlukan beberapa hal yang perlu dituliskan.
Misalnya, gambarkan identitas tokoh, seperti nama tokoh, umur, jenis kelamin
jabatan/pekerjaannya, tingkat ekonomi, dan lingkungan sosial tempat tinggalnya.
Selanjutnya, jelaskan gambaran fisik yang berkenaan dengan ciri-ciri tubuh,
seperti cacat jasmani, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa,
wajah/raut muka, potongan rambut, baju dan aksesoris yang
dikenakan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, atau suka senyum/cemberut. Tidak
lupa jelaskan juga watak, kesukaan, ambisi, temperamental yang dimiliki tokoh
tersebut sehingga tokoh tersebut memiliki karakter yang kuat.
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menulis drama
adalah kaidah penulisan naskah drama. Misalnya, petunjuk perilaku tokoh
harus ditulis berbeda dengan teks dialog pelaku tersebut agar memudahkan aktor
untuk memerankan tokoh tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan naskah drama
adalah sebagai berikut,
1. Struktur dasar sebuah drama terdiri atas tiga bagian: prolog, dialog, dan epilog.
1. Struktur dasar sebuah drama terdiri atas tiga bagian: prolog, dialog, dan epilog.
a. Prolog
merupakan pembukaan atau peristiwa pendahuluam dalam sebuah
drama atau sandiwara. Bisa juga, dalam sebuah prolog dikemukakan para pemain,
gambaran seting, dan sebagainya.
b. Dialog/monolog
merupakan media kiasan yang melibatkan tokoh-tokoh drama yang
diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak manusia, problematika yang
dihadapi, dan bagaimana manusia dapat menyelesaikan persoalan hidupnya.
c. Epilog
adalah bagian terakhir dari sebuah drama yang berfungsi
untuk menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud cerita oleh seorang
aktor pada akhir cerita. Dengan kata lain, epilog merupakan peristiwa terakhir
yang menyalesaikan peristiwa induk.
2. Dalam sebuah dialog itu sendiri, ada tiga elemen yang
tidak boleh dilupakan.
Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancang/percakapan, dan kramagung.
Ketiga elemen tersebut adalah tokoh, wawancang/percakapan, dan kramagung.
a. Tokoh
adalah pelaku yang mempunyai peran yang lebih dibandingkan
pelaku-pelaku lain, sifatnya bisa protagonis atau antagonis.
b. Wawancang/Percakapan
adalah dialog atau monolog yang harus diucapkan oleh tokoh
cerita.
c. Kramagung
adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang
harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung dituliskan dalam
tanda kurung (biasanya dicetak miring).
Seorang tokoh dapat beraksi karena tokoh tersebut memiliki
konflik. Konflik dalam pementasan tidak terlepas dari kehadiran tokoh yang
bertentangan satu dengan lainnya. Gerakan atau tindakan para tokoh, juga
melalui dialog yang diucapkan, dapat membentuk suatu peristiwa. Peristiwa
ini berasal dari hal yang biasa sampai konflik yang memuncak. Hal yang patut
diperhatikan adalah peristiwa konflik tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui
tahapan-tahapan alur. Dalam hal ini, peristiwa yang satu akan
mengakibatkan peristiwa yang lain.